Cerita Sex : Romansa Jepara

Bookmark and Share
Aku seorang wirausaha muda yang tertipu habis2an oleh mafia importir dari Malaysia. Usaha furniture rotan sintetisku yang baru mulai berkembang terjebak kredit macet bank akibat raibnya 5 container full produk eksport di negri tetangga.

Ibu Murni, wanita baik hati itu orang yang telah memberiku kesempatan utk bangkit dari kebangkrutan.Bu Murni dan suaminya pemilik show room furniture besar di kota Jepara membantuku dengan suntikan modal membangun ulang usaha rintisanku. Sudah 3 tahun kerjasama bisnis kami berjalan baik. Tapi aku malah terbawa situasi dan tidak mampu mengontrol diri.

Namaku Hardi, usia 25 tahun. Masih lajang. Aku tumbuh dan besar dari sebuah yayasan yatim piatu setelah kedua orang tuaku wafat 20 tahun yg lalu. Aku seorang yang energik,supel, dan cerdas. Semua
syarat utk menjadi entreprenuer sukses ada pada
diriku. Hanya aku memeliki kelemahan soal
mengelola syahwat dan fantasiku menyimpang. Aku
menyukai wanita setengah baya. Dan Ibu Murni
memenuhi semua ciri2 wanita idamanku.

Jujur saja, pertama kali mengenal dan menjalin
hubungan bisnis aku telah tergoda dengan
penampilanya. Ibu Murni wanita paruh baya berumur 45 tahun. Tubuhnya tinggi sekitar 170cm dan besar, lekuk tubuhnya sangat menarik. Pinggangnya ramping untuk ukuran badannya yang besar. Pinggulnya yang lebar dan padat meliuk dihiasi oleh bongkahan pantatnya yang bulat membusung. Kesimpulannya, keseksian tubuh Ibu Murni bagaikan spanish guitar versi large.

Beliau menggunakan kaca mata dan wajahnya masih terlihat cantik. Lehernya jenjang memanjang dengan rambutnya yang curly tergerai sebahu, kulitnya putih bening. Jika beliau mengenakan pakaian yang menjadi favoritku, gaun bahan kaos merah dan rok abu2 pas setinggi lutut,menunjukkan pahanya yang panjang dan besar,serta betisnya yang indah itu jantungku berdetak kencang.

Sudah terlalu banyak poto dan video tentang
penampilan dirinya yang aku ambil secara diam2
dengan blackberry tersimpan di dalam notebook di
meja kerjaku. Setiap kali selesai memperhatikan
seluruh gambar dan video2 itu perasaanku makin menggila.

Sebenarnya pola pikir,mental dan aktifitasku
sehat.Keseharianku disibukan oleh usaha
mengembangkan bisnis, menjalankan strategi
marketing yang cerdas dan efektif dan membangun
network. Tidak jarang aku bertemu dengan wanita2
cantik yang kebetulan aku jumpai dalam perjalanan
dan proses bisnis, tapi mereka luput dari perhatian.
Setiap kali aku menjumpai Ibu Murni di show roomnya atau ketika dia mengunjungi pabriku perhatianku bercabang. Suami beliau seorang perfeksionis yg terkadang membuatku tidak nyaman.Dia memiliki semua karakter pecundang yang sangat aku benci.Usaha mereka ini sebenarnya totally di besarkan dan hasil warisan dari suami Ibu Murni yang pertama yg telah wafat.

Pak Jono, seorang penderita diabetes akut dan
tergantung oleh suntikan insulin. Dari pernikahan yg kedua ini, 15 tahun yg lalu,Ibu Murni tidak
memperoleh anak. Mbak Shinta, anak perempuanya
yg telah menikah dan memberikanya seorang cucu
laki2 berumur 5 tahun adalah anak dari suaminya
terdahulu.

Mungkin karena aku cemburu, atau memang karakter Pak Jono yang membuatku tidak nyaman, tanpa merasa bersalah aku membiarkan diriku terjebak dalam fantasi tidak senonoh terhadap istrinya.

Lalu aku mengenal mbak Nonik. Penjaja Jamu
gendong asal Solo yg mulai rutin menjadi langganan
pegawai2ku dipabrik semenjak 2 bulan yang lalu.

Well, sebenarnya aku tdk suka minum jamu, tapi aku concern dengan penampilan mbak Nonik. Wanita berumur 35 tahun ini berpostur tinggi besar, lemu, sekilas mirip postur Ibu Murni tapi wanita ini lebih tinggi,gemuk dan kulitnya agak gelap.

Wajahnya biasa saja, hidung pesek, pipi chubby,
rambut tidak terlalu terawat,secara keseluruhan
parasnya memang tidak terlalu jelek,, hanya ndeso. Tentu saja dia selalu mengenakan pakaian kebaya berikut kain selendang dan bawahan batik khas penjual jamu, lekuk tubuhnya terlihat jelas. Besar dan padat, sesekali aku teringat Ibu Murni setiap menatap mbak Nonik. Meski bagian bokongnya tidak sebanding dgn keindahan milik Ibu Murni.

Hingga pada suatu hari aku melihat wanita ini sebagai objek pelampiasan. Dari obrolan2 beberapa pegawai aku mengetahui ternyata mbak Nonik mengerjakan "side job". Sebagai seorang janda dengan 2 anak,untuk menjalani kerasnya hidup dia melayani beberapa tawaran laki2 hidung belang dengan harga tertentu.Tapi tidak semua tawaran dia terima, mungkin untuk mencari aman atau melakukanya hanya ketika dia menginginkanya atau juga di saat tuntutan materi yg mendesak.

Butuh waktu 1 bulan utk meyakinkannya menerima penawaranku. Dengan iming2 imbalan yg cukup besar utk amatir sekelas dia akhirnya mbak Nonik
bersedia.

Sabtu sore, aku menjemputnya di depan Indomaret,somewhere diujung kota Jepara untuk menjaga supaya tidak ada orang yg aku kenal, baik pegawai, relasi atau teman2ku mengetahui kebejatanku. Butuh perjalanan 1 jam lebih utk mencapai sebuah resort lumayan lux di kota dingin nan sepi di Cilimus, Kuningan. Aku membooking mbak Nonik all night long hingga keesokan paginya.

Malam menjelang, mbak Nonik baru saja selesai berpuas diri mandi dibathub. Makanan telah tersaji di ruang tamu mini di dalam cottage. Udara yg dingin menggigit membuat kami makan dengan lahap.

Aku memperhatikan wanita ini seksama. Dengan rambut tergerai hingga ke bahu dan kimono biru gelap yg dikenakanya mbak Nonik terlihat cukup
menarik. Bukan sekali ini aku kencan dengan wanita nakal, tapi obsesiku tentang Ibu Murni membuat
malam ini terasa beda.

Kami hanya mengobrol basa basi soal makanan dan cuaca, tdk membahas apa yg akan terjadi malam ini.Setidaknya kami sama2 paham bahwa keberadaan kami di sini utk alasan masing2 yg personal.

Permainan dimulai satu jam kemudian.
"Sdh siap mbak?" Ujarku tanpa basa basi.
"Yo wis, siap kok mas.." Jawabnya santai.

Lampu ruang tamu dan belakang telah aku matikan.Hanya tersisa dua lampu tidur kecil di dua sisi ranjang. Kami saling bertatapan dalam suasana redup.Jantungku berdetak, aku membayangkan wanita tambun dihadapanku ini adalah ibu Murni. Aku menariknya duduk berdampingan diujung ranjang. Aroma lehernya wangi, aku mencium dan memainkan lidahku di sana. Kemudian kedua tanganku menjamah bahu dan lingkaran pinggangnya.Sekejap kemudian aku meraba dan mencium seluruh tubuh bagian atasnya dengan nafas memburu. Mbak Nonik membaringkan tubuhnya, masih dengan kedua kakinya menapak lantai ubin yg sedingin es.

Kimono itu telah terlepas ikatanya hingga terlihat bra,bagian perut dan celana dalamnya. Bagian yg masih menutup pahanya itu aku singkap. Paha dan pinggul yg besar itu menantangku. Kecupan2ku langsung membalurinya bahkan onggokan selangkangan mbak Nonik tidak terlewatkan. Tercium aroma khas vagina yg mulai mencair.

Ringkas cerita, kami telah siap tempur. Aku dalam posisi menindih sebagian tubuhnya dengan kemaluan berdiri dimuka vagina mbak Nonik yg berbulu lebat dan besar. Dengan tangan kiri,aku mengarahkannya masuk. Dalam.. sangat dalam.. hingga wanita yg usianya 10 tahun lebih tua dariku ini meringis,aku mendesis terpapar kenikmatan.

Selanjutnya aku menghajar mbak Nonik dengan beringas. Mataku terpejam sambil menghentak2 kejantananku, membayangkan wanita yg aku garap ini adalah ibu Murni. Terbayang wajah cantiknya mengerang dan tengah dilanda kenikmatan bersamaku.

Awalnya masih terlihat semburat senyum dibibir mbak Nonik. Tapi tak lama kemudian wajahnya berubah. Kedua alisnya mengkerut, gurat wajahnya seperti tengah menahan sesuatu yg membuatnya terpedaya. Tubuh bongsor itu tergoncang2 hebat di bawahku.

Mungkin 10 menit telah berlalu, keperkasaanku belum usai merambahi kewanitaanya.Mbak Nonik berpeluh dan gelisah dibawahku. Dia menikmati ranjang panas ini dengan daya tahan yg
baik. Aku adalah mesin sex sejati, seluruh wanita yg pernah aku gauli selalu menyerah dalam hitungan tidak lebih dari 10 menit. Aku bagai banteng ketaton menghajar, meliuk2 penuh tenaga dan kejantananku bagai tonggak kayu keras mengaduk2 liang kenikmatanyaa secara bertubi2 tanpa jeda.

Akhirnya wanita ini terpaksa menyerah ketika kami berganti posisi, aku menghajarnya dari bawah. Hujaman penisku meruntuhkan pertahananya, aku
mencengkram keras bulatan pantat besar itu hingga selangkangan mbak Nonik tidak bisa bergerak terjajah garangnya senjataku.

Wanita ini menjerit melengking tinggi, pinggul dan pantatnya mematung dan kejang. Seraya kepalanya terhempas dalam dekapan di dadaku. Aku malah
menusuk dan menekan vaginanya lebih keras.

"Mass...massssss....uuuuhhh....aduuuuhh..."Serunya sambil merintih.

Terasa vaginanya bergolak dan cairan hangat itu mengalir deras membasuh penisku. Selanjutnya dia terkulai lemah disampingku. Dadanya yg besar naik turun, nafasnya tersengal, matanya terpejam, wajahnya berkilauan oleh peluh yg masih mengalir dari dahi. Aku bangkit berdiri,mengenakan pakaian seadanya, membiarkanya terkapar diranjang beristirahat sejenak.

Tiga batang Marlboro putih telah kandas di asbak. 15 menit aku duduk di luar,udara makin terasa menggigit di pinggir kolam renang depan cottage.

Aku kembali masuk untuk menyelesaikan yg tadi tertunda sesaat.Mbak Nonik baru saja keluar dari kamar mandi, wajahnya sedikit segar tersapu air dan rambutnya kembali rapi terurai. Kimono biru itu kembali tertutup rapat hingga keleher.
"Dingiin banget ya mas..."Serunya sambil
menunjukan wajah menggigil.
"Iya mbak..itu ada air panas klo mo bikin teh atau kopi.." Jawabku.

Kami berdiri berhadapan, wanita ini terlihat lebih besar dan tinggi dari diriku yg sedikit kurus. Mbak Nonik menyodorkan secangkir teh hangat di
depanku sambil menyeruput sedikit teh dari cangkir di tangannya.

"Mas kuat juga..hehe..gak nyangka..tak pikir sampeyan yg kalah duluan.."Lanjutnya.

"Aku baru 25 mbak, jgn dipanggil mas.."Jawabku sambil mengulum bibir.
"Walah..cah piyik toh..kok mau2nya ngajak saya, wis tuir ngono mas .."
"Hehe..gak liat umur mbak..klo sudah nafsu yaa tetep aja .."Jawabku.
"Gimana, bisa lanjut lagi.."Lanjutku tanpa basa basi.
"Yaa iso..mbak siap aja ngeladeni.."Jawabnya sambil tersenyum.

Mbak Nonik telah melepas kimononya, pakaian itu terkulai di lantai. Terlihat tubuh besarnya yang montok dari belakang. Bagaimanapun tubuh Ibu Murni lebih seksi, pinggangnya ramping dan bulatan pantatnya lebih menantang tidak seperti wanita ini, pinggangnya sedikit menggelambir. Tapi setidaknya hasratku akan terpuaskan malam ini.

Jam 9 malam, kami bersiap kembali dalam peraduan yang saru. Mbak Nonik telah baring telentang, tidak ada bra dan cd lagi menutupi. Aku langsung menindih dan menjalari seluruh tubuhnya dengan ciumanku.

Wanita ini kembali bangkit gairahnya sementara senjataku siap mengacung keras.Aku langsung membuka lebar kedua pahanya yg besar,kedua tanganku menahanya dengan kuat pada kedua sisi tubuhnya. Mbak Nonik membantuku menuntut kepala penisku menuju vaginya. Dengan sekali menekan seluruh batang itu masuk merangsek ke dalam. Mbak Nonik wajahnya kembali tegang, aku membiarkanya terdiam beberapa saat. Kembali terasa vagina itu basah. Kemudian tanpa membuang waktu aku menyodok2 kejantananku dengan keras. Jepitan kemaluan mbak Nonik segera membuatku kembali terbuai kenikmatan. Makin nikmat makin cepat dan kasar aku menghentak2 selangkanganya.

Kedua tanganku berpindah mencengkram kedua sisi bantal di samping kepala mbak Nonik. Kaki wanita
tambun itu melingkar tergantung pada pinggangku.
Dia kembali merintih..Sekejap saja aku sudah membuatnya makin belingsatan. Tapi kali ini aku pun terpapar kenikmatan mendekati akhir. Nafasku mendengus hangat, dan bayangan wajah Ibu Murni sekelebat menghinggapi benakku,aku terpejam.

Rintihan mbak Nonik makin menjadi, ritme gerakanku makin cepat, jantungku meledak2 memburu puncak kegilaan. Dan akhirnya aku meregang..terasa aliran sperma itu bergerak naik, bayangan wajah Ibu Murni makin terlihat jelas, akhirnya ketika penis itu berhenti pada sodokan terakhir aku menggapai puncak. Dan..

"Ahhhhhh..ssshhh...hoohhhh.....Buuu...bu
Murnii....ooohhhhh....ssshh..." Aku mengerang hebat
dan tanpa sadar menyebut nama wanita itu.
Spermaku panas berkali2 menghujam liang vagina wanita ini,banyak, sangat banyak...

Di bawahku mbak Nonikpun mengejang, tanganya mencengkram pantatku dan menekan dengan kuat.
"...duuuhhh...massss...uuhhh...massss"
Mulutnya merintih tiada henti, matanya tegang menatap wajahku. Cairan hangat kewanitaan mbak Nonik kembali mengalir melumuri batang penisku. Kami kemudian terkulai lemas sambil berpelukan. Terdiam beberapa saat kemudian aku menjatuhkan tubuhku disampingnya. Satu dua tetes sisa cairan itu jatuh mengalir ke pangkal penisku. Jantungku masih berdegup kencang.

"Wahh siapa tuh mas yg di sebut tadi..hayoo.." Seru mbak Nonik menggodaku.
"Yaaa wanita idaman saya mbak,mirip2 mbak lah badannya..."Jawabku santai.
" Ealaaa..ternyataaa...hehe.." Lanjutnya tanpa menyelesaikan kalimat.
"Yang tadi gak papa saya keluarin di dalem ?"Tanyaku.
"Gak papa mas, rutin minum pil kok, biasanya saya gak mau klo gak pake kondom, cuma dengan sampeyan gak tau knp, pengen aja.."Jawabnya.

Sekejap saja Kami tertidur lelap, tapi menjelang tengah malam kami terbangun. Makan cemilan
sambil ngobrol hingga jam 1, selanjutnya pergumulan binal kami kembali terjadi.
Keesokanya menjelang tengah hari sebelum pulang kami kembali melakukan hubungan badan hingga tuntas, mbak Nonik menginginkan semprotan spermaku menyirami wajahnya, wanita itu terlihat puas, entah apa yg ada didalam benaknya.Semenjak hari itu perzinahan kami terus berlanjut, setidaknya satu kali dalam sebulan kami bertemu.

Seperti ada peluang, 2 bulan sesudah kencan panasku dengan mbak Nonik, keluarga Ibu Murni dalam prahara.
Seorang perempuan keturunan china dan anak perempuanya yang berumur 8 tahun mendatangi rumah keluarga mereka 2 minggu yg lalu. Pak Jono tidak bisa mengelak bahwa mereka adalah bagian hidupnya yang selama ini tersembunyi dengan rapat. Kekecewaan dan kemarahan Ibu Murni tidak tertahankan. Pernikahan mereka yg telah berlangsung sekian lama harus segera berakhir dengan tragis.

Perlahan dan pasti kedekatanku dengan beliau semakin erat. Obrolan2 kami tidak melulu soal bisnis, aku telah menjadi limpahan cerita kesedihan wanita paruh baya ini. Aku memanfaatkan situasi dengan siasat jitu agar Ibu Murni bertambah simpati terhadapku.

Kerap kali setiap aku pergi beberapa hari keluar kota utk perjalanan bisnis ibu Murni menghubungiku melalui pesan singkat sekedar bertanya kapan aku pulang. Wanita ini makin membutuhkan kehadiranku,rencanaku berjalan dengan baik.Cukup lama aku membiarkan situasi ini berlangsung hangat selama beberapa bulan. Hingga ada saatnya aku mengambil keputusan utk mengutarakan maksud hati.

Suasana malam minggu itu terasa tepat, Ibu Murni tengah seorang diri di rumah. Anak semata wayangnye tengah berlibur bersama suami dan anaknya keluar negri. Aku datang ke rumah dengan membawa makanan jepang kesukaanya. Kami
mengobrol hangat selama beberapa jam,
membicarakan soal bisnis dan masalah pribadi beliau.

Saat menjelang aku pulang aku mulai mengutarakan proposal pribadi.
"Bu, sudah brapa lama kita kenal?" Ujarku memulai pembicaraan baru.
"Lumayan lama kan di, kenapa memangnya..mungkin ada 2 tahun yah"jawabnya santai.
"Sudah terlalu banyak hal yg kita sharing utk mengenal satu sama lain.."Jawabku.
"Iya, banyak, ibu beruntung kenal kamu, kamu baik.."Ujarnya sambil tersenyum.
"Bu, mohon maaf, kira2 klo saya ngomong yg sangat personal ibu bisa trima gak.." Jawabku, jantungku sedikit berdebar.
"Yaa monggo ..toh selama ini jg kamu banyak kasih saran pribadi ke ibu.."
"Mm..klo saya bilang saya tertarik dan suka dengan
ibu,...gimana.." Suaraku sedikit bergetar.
Ibu Murni terkejut dengan kalimatku, wajahnya sedikit aneh tp kedewasaanya mengalir keluar.
"Kamu ngomong apa toh Di, nggak2 aja.."Jawabnya santai sambil tersenyum.
"Saya serius kok Bu,.."
"Hehe..kamu salah klo berpikir kaya gitu di...sudahlah,mungkin pikiranmu lg kacau atau sedang capek,makanya ngelantur.." Sambungnya.
"Nggak kok Bu, terus terang sdh sedari awal kita kenal saya sdh menyukai Ibu,maaf yaa bu, saya tau
sikap ibu selama ini ikhlas sama saya.."Lanjutku.
"Mungkin saya keterlaluan, tapi saya berusaha jujur loh bu.."
Ibu Murni terdiam beberapa saat. Sikapnya yang anggun dan kalem membuatku salah tingkah.

"Yo Wis, sdh malem Di, kamu pikir2 dulu apa yg baru kamu bilang. Kamu baik, ibu nganggep kamu sperti anak bukan cuma rekan bisnis lagi.."Jawabnya.
Aku hanya tersenyum pahit tp kemudian
mengangguk.
"Baiklah bu, sudah malem. Mohon maaf kalo saya lancang.."Jawabku
"Nggak papa kok Di..yo wis..sampe sesok yo.."

Malam itu berakhir dengan kekecewaan, aku pikir smua siasatku berhasil dan mengharapkan jawaban yg beda dari beliau. Mungkin memang tidak mungkin dia menerima perasaanku, wanita ini jauh usianya diatasku. Beliau harus menjaga martabatnya sebagai wanita terhormat. Bodohnya aku.

Malam menjelang tidur, tiba2 Ibu Murni mengirimkan sms.
"Di, ibu minta maaf utk ksalahpahaman ini, ibu harap kamu ngerti dan hubungan kita tetap seperti biasanya."
"Iya Bu, saya paham, justru saya yg mohon maaf. Ibu bantu saya disaat saya down, skrng saya sdh mapan dan usaha saya mkn besar, saya brhutang budi dan hrs membalasnya dgn baik. Tp mohon ibu pahami bhwa prasaan saya bkn krn materi,itu murni feeling saya sbagai laki2 utk wanita yg saya sayangi." Jawabku.
"Iya Di, ibu paham kok, slamat tidur"
Satu minggu lebih kami tidak bertemu. Diluar kebiasaan, tapi satu dua kali kami brbicara via telp utk urusan order dan supply barang.

Satu bulan berlalu, aku mulai putus harapan utk mendapatkan wanita idamanku ini. Kami mulai jarang bertemu dan hanya berbicara utk hal2 yg penting soal bisnis. Aku sperti laki2 yg tengah putus cinta.

Terkadang aku sadar apa yg aku lalui ini adalah sebuah kebodohan, menyimpang dan konyol.Di tengah kegalauan ini aku msh satu dua kali
berkencan dengan mbak Nonik. Wanita sederhana itu menjadi pelampiasan kekecewaanku. Pernah satu kali aku memaksakan kehendak. Mungkin waktu itu mbak Nonik sedang tidak mood utk melakukan hubungan intim, aku sedikit memperkosanya di ruangan kantorku. Dengan hanya menyingkap kain batik penutup tubuh bawahnya aku menggarap kewanitaanya dengan kasar dari belakang. Spermaku berceceran di lantai ketika mbak Nonik berhasil menendangku kebelakang tepat disaat aku mencapai klimaks.Semenjak hari itu wanita ini sulit utk diajak bertemu.

Tapi tidak ada usaha gigih tanpa membawa hasil.Pada awal bulan kedua Ibu Murni mulai berubah sikap. Dia mulai intens mengirimku sms, terkadang juga makanan dan sesekali berkunjung ke pabrik.Tanpa sungkan dia kembali menjadikanku curahan kegalauan hatinya. Aku berusaha bersikap gentle seolah melupakan pristiwa sebelumnya. Hubungan kami berangsur normal.

Satu minggu yg lalu, akhirnya sesuatu yg aku impikan selama inipun terjadi. Hari itu Jepara dilanda hujan badai sepanjang hari. Aku terpaksa menunggu lebih lama di rumah Ibu Murni, jalan di ujung gang menuju jalan protokol tertutup runtuhan pohon dan air tergenang stinggi betis orang dewasa di sekitarnya.

Malam itu ibu Murni mengundangku makan malam.Hanya ada pembantu dan sopir pribadi di rumah seperti biasanya, merekapun telah tertidur. Kami masih mengobrol di ruang tamu, sudah jam 9.30 malam. Hujan msh turun deras di luar.
"Di, kamu kapan mau nikah, umur sdh cukup loh..bisnis km jg sdh mapan.." Ujar Ibu Murni memulai topik pembicaraan baru.
Aku hanya tersenyum, " Blum ada yg cocok bu, masih blum sreg.."Jawabku.
"Apa mau dicariin, tipe2 kamu sperti apa
nih.."Lanjutnya sambil tersenyum.

Wanita ini sangat cantik dengan senyum dibibirnya yg tipis dan mungil, kulitnya terlihat bercahaya pada pantulan sinar lampu dan baju merah hati yg
dipakainya. Rok abu2 gelap setinggi lutut itu menambah keanggunanya. Terlihat lekukan betis dan pahanya yang besar dan indah.

"Loh Di, kok ngelamun.." Sergahnya menyadari aku tertegun beberapa saat.
"Eh iya bu, tiba2 aja inget ada yg ketinggalan di kantor..ibu nanya apa tadi..ow tipe saya yg seperti apa.."Jawabku tergesa2.
"Iya jd yg sperti apa, Ibu banyak punya kponakan loh..cantik2" Lanjutnya.
"Mm...hehe..bingung Bu..yaa nanti2 lah jawabnya.."Jawabku ragu.
"Loh kok bingung, yg penting itu sifat dan
karakternya Di, soal cantik itu bonus..tp utk anak muda kayak kamu pasti ngeliat penampilan dulu ya..hehe.."
"Yaa gak jg sih bu, kalo saya cari yg bikin
saya nyaman dan dewasa cara brpikirnya.." Jawabku.
" O gitu..yo wis nanti tak coba2 cari yg cocok.." Lanjut Bu Murni.
" Yaa gak usah repot2 bu.."Jawabku, tiba2 saja kenekatanku timbul.
"Loh kenapa Di.." Ujar Bu Murni.
" Yang saya mau dari dulu sudah ada sih bu, tp kayaknya gak bakal terjadi.." Aku coba memancing.
"Lho..lho..siapa toh, kok kamu gak pernah cerita, kamu ganteng dan sukses gini kok bisa2nya ditolak perempuan?"
"Hehe..." Aku cuma tertawa kecil kemudian diam.
"Kenapa Di, kamu gak percaya diri atau mungkin orangtuanya jadi hambatan.."Lanjutnya.
"Bukan Bu, yg bersangkutan gak mungkin bersedia nikah dengan saya.."Jawabku.
" Kenalin ke Ibu, biar ibu coba bicara sama dia.."
" Hmmm...skali lagi gak usah repot2 kok Bu, ibu juga pasti kenal.."Jawabku penuh teka teki.
"Loh siapa??" Tanyanya heran.
"Wanita itu yaa ibu sendiri.."Jawabku nekat, wajahku datar, menunjukan bahwa aku sedang serius.

Beliau terdiam, tiba2 saja dia teringat ucapanku beberapa bulan yg lalu. Tapi masih tersenyum walau dengan sedikit getir.
"Apa yg kamu cari dari Ibu, Di..menjanda dua kali, usia ibu jg sudah mau 46, kamu masih muda,jauh dibawah usia ibu, mungkin belum memahami sepenuhnya apa yg kamu rasa" jawabnya.
"Saya sdh cukup dewasa bu, cinta jg gak kenal umur. Ibu orang baik, semua yg dekat dengan ibu pasti merasa nyaman.Di luar perasaan berhutang budi,saya dengan kejujuran hati menyayangi ibu."

"Tapi kamu masih muda Di, masa depan kamu masih panjang. Jiwa kamu masih fresh, penuh semangat. Sementara ibu sudah layu. Cuma ingin menikmati sisa hidup. Kalau pun ibu trima, Ibu
tau kamu baik, tapi ibu tidak bisa mengimbangi kamu."
"Ngimbangin apa nih Buk, saya pikir saya sudah cukup dewasa melebihi umur."Jawabku.
"Di, orang nikah jg salah satunya utk alasan fisik dan maaf, utk kepuasan sex juga, lihat Ibu dgn jernih Di, Ibu sudah tua. Ibu pernah muda, punya bayangan jelas apa yg ibu rasa diusia kamu sekarang."
"Maaf klo jawaban saya lancang, bener seusia saya lagi2 sedang2nya tertarik soal itu. Justru awal mula
perhatian saya tentang ibu karena alasan itu." Jawabku.
"Maksudnya Di? "
"Ibu masih cantik, dan maaf saya suka dgn fisik Ibu, laki2 mana yg tidak suka melihat penampilan ibu."Jawabku.
"Saya gembrot gini Di, ada2 aja kamu.."Sergahnya.
"Di mata saya seksi kok buk, kelaki2an saya kadang bangkit tiap melihat ibu." Jawabku.
"Maksud kamu di? "Jawabnya heran.
"Saya laki2 normal, maaf buk, saya juga tertarik sama ibu secara seksual.."
"Mmmm..apa kamu gak brpikir ini aneh Di.."Jawabnya.
"Buat saya tidak Bu.."Beliau tersenyum, tapi kemudian diam hingga beberapa saat. Wajahnya menatap ke luar jendela.

Hujan masih turun dengan derasnya.
Aku terbawa suasana, seperti tidak bisa mengontrol diri. Aku beringsut mendekatinya.
"Kamu mau apa Di?" Ujarnya kaget.
Tanpa menjawab aku langsung mencium bibirnya dengan lembut, dia tersedak kaget. Tapi aku blum ingin melepaskan bibirku, aku mengulum bibirnya beberapa kali sebelum akhirnya melepaskanya.
Wajah kami masih berdekatan, aku menatap matanya tanpa berkedip.

"Kamu keliru Di..kamu salah besar.." Ujarnya sambil bangkit kemudian berjalan menuju kamarnya
meninggalkanku.

Aku dilanda kebingungan, tapi ini sdh terlanjur terjadi. Aku buru2 bangkit mengikutinya. Belum selesai beliau menutup pintu tanganku sudah bergerak menahanya, kemudian aku meloloskan tubuhku masuk ke kamar.

Tanpa membuang waktu aku langsung
mendorongnya kedinding di belakang pintu. Aku langsung menghujaninya dengan ciuman panas di bibir, bertubi2, tanpa jeda.Tanganku bergerak menutup pintu sambil tetap menciumi bibirnya. Ibu Murni seperti terhipnotis dgn apa yg terjadi, beliau hanya terdiam. Aku menatap wajahnya lekat2 dalam temaramnya kamar.

Kembali aku melumat bibirnya perlahan, trus perlahan, hingga gerakan bibirku menjadi liar. Ibu Murni bernafas tertahan, ciumanku telah bergerak turun menjelajahi lehernya yg putih jenjang.
Tanganku menggapai pinggangnya, sementara tangan yg lain meraba sebagian perut dan pinggulnya. Ibu Murni tetap bertahan tanpa reaksi.Aku makin berani.

Kali ini bagian belakang kuping dan tengkuknya aku luluri dengan lidahku. Terdengar nafasnya mulai berat. Ketika aku bergerak menciumi pangkal dadanya ibu Murni menahan wajahku dengan tanganya.
"Sudah Di, cukup, kamu kebablasan, sadarlah nak.."Sergahnya tersengal.

Aku tidak memperdulikan ucapanya, belahan dada yg sedikit terlihat itu aku kecup dan sedikit tersedot mulutku. Ibu Murni merinding memegang tanganku.
Jemari tanganku menarik lebih lebar kerah kausnya.
Terpampang lebar dada putih itu, bra atasnya yg berwarna pink terlihat jelas. Aku menciumi semua bagian itu dengan penuh hasrat.Tangan kiriku meraba lembut bagian belakang pantatnya yg membusung besar itu. Jemariku meremasnya perlahan. Sepertinya beliau hanya bisa terdiam pasrah.

Kemudian jemariku bergerak turun, meraba pinggul dan paha kirinya. Sesaat kemudian tanganku telah menerobos masuk ke dalam rok bawahnya. Jari2ku
gemetar ketika meraba naik menyingkapnya ke atas. Ciumanku kembali beralih ke bibir mungil itu, aku melumatnya penuh nafsu. Wanita ini terengah2.
Kedua tanganku beralih bergerak melepas kaus yg menutupi tubuh atasnya, kacamatanya telah kulepas. Agak sulit mengingat beliau masih menahanya dengan mengapitkan kedua lenganya di samping.Tapi akhirnya terlepas juga, kaus itu sempa menyangkut menutupi wajah dan kepalanya, sehingga rambutnya yg panjang tersibak berantakan.Begitu terlepas aroma wangi tubuhnya menyeruak keluar. Syahwatku makin terbakar.

Payudaranya yg sudah turun dan mungil itu jadi jajahanku selanjutnya. Setiap inchi bagian rahasia
kewanitaanya tidak ku lewatkan. Kedua ujung payudara itu secara bergantian aku hisap, ibu Murni memejamkan matanya sambil meringis.Ruangan itu hanya diterangi lampu tidur dipinggir kepala ranjang. Saatnya membawanya ke peraduan.
Aku menintinnya pelan, Ibu Murni seperti telah tercekam dan hanya mengikuti langkahku tanpa perlawanan.

Wanita cantik ini telah terbaring di ranjang, tubuhnya yg besar tinggi seperti menutupi sebagian besar ranjang, aku melihatnya dgn seksama. Betapa beruntungnya aku malam ini pikirku.

Keningnya ku kecup dgn lembut, wanita ini menatapku pasrah. Bibirnya kemudian
kembali ku kulum sambil jemariku bergerak ke belakang pinggangnya. Kancing rok itu telah terlepas,namun agak sulit melepas kain itu. Sempat tertahan oleh besarnya kedua paha Ibu Murni.

Aku tertegun kagum melihat keindahan di bawahku.Pinggang wanita ini ramping meliuk indah dikelilingi oleh perutnya yg rata dan pinggulnya yg lebar,kencang, putih mulus. Kedua paha itu pun masih terlihat kencang tanpa cacat. Rambut ikalnya tergerai menutup leher dan bantal dikepalanya. Onggokan kewanitaan Ibu Murni tertutup rapat oleh celana dalamnya yang ketat, tercetak belahan vagina di ujung bawahnya.

Aku mencium lembut perut itu, mencecar seluruh pinggul dan berakhir dipermukaan kewanitaanya. Aku memainkan2 ujung hidungku di situ. Aroma kemaluanya tercium. Aku makin bernafsu.

Wanita ini masih tetap tanpa reaksi melihat kegilaanku. Tatapanya penuh arti dan hanya terdiam. Mata kami kembali bertautan beberapa saat. Jantungku berdetak sangat kencang.

Hina, hinakanlah aku Bu, tapi malam ini adalah bukti keinginanku yg dalam tentang dirimu. Nikmati saja gairah dan keinginanku.

Jemariku bergerak menarik lepas penutup terakhir kehormatanya.Gundukan rambut halus
itu membuat darahku berdesir hebat. Bibirku
bergerak mendekati. Ciumanku terasa hangat membaluri permukaan kewanitaanya. Awalnya lembut, selanjutnya lidahku bergerak liar menelusup masuk bagian klitorisnya.Bau langu itu menyerang hidungku, sungguh nikmat terasa pada indra pengecapku.Ibu Murni menggelinjang, selangkanganya terangkat dan bergerak ke sana kemari. Bibirnya merintih halus sambil jemarinya memegang kepalaku dengan kuat.

Aku meneruskan aksiku, makin lama makin tidak bisa melepaskan lumatanku pada bibir kewanitaanya. Rintihanya berganti menjadi desahan2 gelisah dari mulut wanita itu, suaranya sedikit serak dan melengking. Ingin rasanya menghantarkanya menuju kenikmatan akhir hanya dengan permainan oralku. Tapi kejantananku berkehendak lain.

Aku beringsut berdiri, melepas habis seluruh
pakaianku di samping ranjang. Ketika kemaluanku
terlepas bebas berdiri dengan keras di hadapanya, Ibu Murni menutup wajahnya dengan tangan. Seperti menyadari bahwa ancaman itu makin dekat.
Aku telah berada tepat diatasnya, kedua lututku
terlipat bersimpuh di antara kedua pahanya yg
terbuka lebar. Tangan kiriku mengelus lembut batang kejantanku, terasa makin keras mengacung dengan bagian kepalanya yang berkedut2. Ibu Murnimemperhatikan perbuatanku. Matanya kemudian terpejam melihatku bergerak menuntunnya mendekati selangkangan.Maafkan aku bu, ujarku dalam hati. Sedetik kemudian bagian kepala penisku telah menyentuh pangkal lubang vaginanya. Pelan tapi pasti keperkasaanku menyeruak masuk, tubuh wanita ini bergetar.

Deru angin di luar mengaburkan suara rintihan wanita tinggi besar ini. Tubuhku masih menegang menahan
tekanan pada penisku. Ibu Murni mencengkram kuat pinggiran ranjang dan bagian kanan bantalnya.
Tatapanku lekat menatap wajahnya, mata kami
bertemu. Terlihat sorot matanya yg menunjukan
seolah dia tidak berkenan dan menyesal dengan apa
yg tengah terjadi. Tapi itu sudah terlambat, penisku
telah menyumbat liang senggamanya.

Kemudian aku menarik keluar seluruh penisku,
wajahnya seperti terbebas dari rasa nyeri sesaat. Tapi kembali dia mengkerutkan alisnya saat batang
kejantananku kembali menusuk masuk. Masih terasa sempit, tapi bagian dalamnya telah mencair. Aku menarik ulur penisku di dalam secara perlahan. Setelah di rasa cukup lega aku kemudian menggenjot tubuhku dengan pasti. Ranjang mulai bunyi berderit setiap kali aku menohok selangkanganya. Kedua tangan Ibu Murni memegang kuat kedua belah lenganku yg melingkari punggungnya. Wajah kami begitu dekat hingga setiap tarikan nafasnya yg berat terdengar jelas di telingaku.

Ciumanku kembali memapar bibirnya, tapi kali ini
wanita paruh baya ini membalasnya. Bibir kami
berpagutan beberapa saat hingga aku sempat
menghentikan genjotan tubuhku. Selanjutnya
hentakanku menemui lawan yg berarti, Ibu Murni
menampung tusukan kejantananku dengan
menggerak2an selangkanganya ke atas dan ke
bawah. Tangannya kencang memeluk punggungku.

Sekitar 10 menit, kami masih berpagutan dengan
panas, hujaman2 penisku makin bebas beraksi.
Sesekali penisku terlepas keluar tapi dengan mudah
kembali masuk tanpa perlu bimbingan. Di bawah
terlihat bulu2 kemaluan Ibu Murni terbuncah basah
oleh keringat. Batang penisku yg besar perkasa
terlihat garang menghantam lubang sempit Ibu
Murni. Permainan kami mendekati akhir, Ibu Murni mulai tidak terkendali. Tanganya gelisah bergantian
mencengkram kasur, punggung dan pantatku.
Dan apa yg aku rasa tidak bisa terlukiskan saat itu.
Indah, lautan kenikmatan itu seperti tiada batas,
wajah cantiknya yg berpeluh di bawahku seperti
bidadari yg telah lama aku impikan.

Sekejap ketika aku kian cepat melumat tubuhnya Ibu murni melepas desakan dari dalam dirinya . Rintihanya membahana mengisi ruangan, tanganya mencengkran tubuhku, aku terdiam tanpa bisa
bergerak wanita itu menghentak2an tubuhnya ke atas berulang kali. Dan akhirnya...
" Uuuuuuhh..duuuuh..sshhhh..aduuuuuh..." Jeritnya di telingaku.
Sirat wajahnya seperti menangis, lelehan kecil air liur itu menetes dari pinggir bibirnya dengan wajahnya tengadah menghadap kepala ranjang. Tubuhnya kejang2 dibawah tindihanku. Dan srett..srettt..sreett..
Cairan kenikmatan itu membaluri batang penisku,terasa hangat. Aku ingin mencapainya secara bersamaan, aku melepas pelukanya, kedua lengan indah dan besar itu tertekan jemariku yg kaku di atas kasur.

Tiga kali aku mengayunkan kejantananku dan akhirnya hasratkupun meledak.
"Shhhh.....bbuuuu..ibuuu..ssshh...ohhhh..." Erang ku keras di telinganya.

Aku memeluk erat tubuhnya, pantatku terasa
memikul beban berat ketika menekan selangkanganya tiada henti.Sedetik kemudian cairan spermaku menyemprot keluar, kemudian berhenti, lalu kembali desakan hangat itu menerjang keluar menghujani liang vagina Ibu Murni. Setiap kali kepala penisku menyemprot, kenikmatan itu berkali2 membuatku melayang,jeritku tiada henti hingga tetes terakhir.

Deru angin masih berdesau di luar, hujan telah
berhenti. Tubuh kami terkulai berdampingan
bersembunyi pada sinar lampu yg temaram. Malam
ini menjadi saksi romantisme dua manusia berbeda
zaman.

Kami berbaring terdiam, buliran keringat msh turun membasuh leher dan sebagian dada. Masih tercekam oleh kenikmatan yg baru saja kami rasakan.

"Kita sudah melakukan kesalahan besar Di.." Bisik Ibu Murni memecah kesunyian.
" Saya sadar ini seharusnya tidak terjadi Bu, maaf..tapi saya tidak menyesal..saya mencintai Ibu dan mau melakukan apa saja supaya ibu bahagia.." Jawabku sambil menatap langit seraya jemariku mengelus lembut rambutnya.
"Ibu mungkin sdh tidak subur, tapi masih rutin menstruasi tiap bulan Di, gimana kalo..." Beliau tidak melanjutkan kalimatnya, suaranya tercekat.
" Dari awal, yg saya coba mau jelasin ke ibu, saya ingin kita nikah.."
"Tapi itu nggak mungkin Di, apa kata orang, apa kata anak dan mantu Ibu?" Tukasnya.
"Kenapa kita pusing dgn tanggapan orang, kita yg ngejalanin Bu, saya tunggu ibu sampai kapanpun utk siap jd istri saya.."Jawabku dengan yakin.
" Tapi liat kondisi kita Di, diusia kita.. bakal jd cemoohan orang.."
"Saya tetap tunggu Ibu..apapun itu konsekuensinya..."

Wanita ini menarik nafas dalam dan melepaskanya dengan risau. Aku mencium kening dan bibirnya yang mungil dengan lembut.
" Sudah malem, saya harus pulang Bu, semuanya pasti akan baik2 saja.."Lanjutku.

Hujan dan angin kencang telah berlalu, pohon diujung gang telah berhasil dipinggirkan oleh warga sekitar. Aku meluncur pulang ke rumah, wajahku sumringah, mungkin aku telah membuat persoalan baru untuknya, tapi jalanku terlihat lebih pasti utk mendapatkan impianku.

Hari2 selanjutnya adalah cerita tentang semangat baru. Ibu Murni terlihat lebih ceria, peristiwa malam itu tidak membuatnya membenciku bahkan hubungan kami makin berwarna .

Aku mencoba utk bersikap gentle, tidak berusaha utk mempengaruhinya mengulangi lagi peristiwa itu. Meski keinginan itu berkali2 muncul setiap kali kami bertemu.

Satu bulan berlalu, tidak ada tanda2 ada progress. Aku berusaha sabar menunggu. Kami tidak pernah membahas kelanjutan percakapan kami malam itu.

Awal bulan selanjutnya aku mulai tidak sabar. Pagi sabtu itu aku menelponya.
"Pa kabar bu.."
"Baik Di, kamu gimana, ada apa nih pagi2 nelpon.."Suaranya terdengar ceria diujung sana.
"Saya dapet voucher liburan ke bali 2 hari dari distributor nih buk, gimana kalo ibu ikut ?"
Wanita ini langsung tertawa kecil.
"Hardi hardi, anak muda yah suka gak sabaran.." Jawabnya.
"Hehe..maksudnya gimana nih bu.."
"Mmm..gini Di..yaa mungkin satu dua bulan ini Ibu sudah merenung, ibu jg menilai kamu.." Jawabnya.
"Trus gimana .."Jawabku tidak sabar.
"Kamu terlihat cukup sabar, konsisten, ibu jg brpikir kamu cukup aman, ibu ngerasa nyaman dengan kamu..kecuali soal tawaran tadi yah.." Lanjutnya sambil kembali tertawa .
"Maaf bu, soalnya mulai gak sabar.."Jawabku.
"Yaa ibu paham, kamu masih muda.."
"Mm..." Lanjutnya seperti tertahan.
"Kenapa bu, lanjutin dong.."
"Jujur, yg kita lakukan terakhir itu..."
"Ibu menikmati? " Sergahku.
Beliau terdiam sesaat.
"Iya, jujur, ibu menikmati, sudah trlalu lama Di, yg anehnya, ibu jadi ngerasain semangat hidup baru.."Lanjutnya.
Hatiku berbunga2, jantungkupun berdegup lebih cepat.
"Kita segera nikah aja Bu, saya janji utk bikin ibu tenang.."Jawabku tegas.
"Perlu waktu Di, kasih ibu waktu yg pas utk bicara dengan Shinta..skarang ibu masih takut.."Jawabnya.
"Saya selalu siap tunggu sampai kapanpun Bu.."

Pembicaraan berakhir, hatiku diliputi kebahagiaan. Aku memang berniat menikahi wanita ini, tidak prduli dengan tanggapan2 miring orang disekitar kami.Aku mencintainya sepenuh hati.

Tapi memang jalannya masih panjang, butuh kesabaran lebih. 1 bulan lagi berlalu, belum ada kejelasan semenjak percakapan terakhir membahas kelanjutan hubungan kami. Hatiku mulai gundah.

Siang itu cobaanpun datang. Mbak Nonik, wanita penjual jamu itu, tiba2 muncul di depan pintu ruanganku, aku sedikit kaget. Tubuhnya yg tinggi membuat kepalanya seolah akan menyentuh bagian atas daun pintu begitu dia masuk.

"Wahh, kemana aja nih mbak, jangan2 sudah tajir nih gak pernah muncul, atau jangan2 sudah dapet suami baru.."Godaku.
"Bisa aja mas, apa kabar nih, wahh tambah ganteng aja mas, sudah nikah blum.."Jawabnya dengan mata yg berbinar.

Wanita ini terlihat sedikit lebih gemuk, tapi kulitnya lebih bersih. Pakaianya yg mulai terlihat lusuh membungkus tubuhnya lebih ketat. Jakunku bergerak naik.

"Kerja di pabrik mas, 4 bulan, bosen saya balik lagi jual jamu..hehe.." Lanjutnya.
"O gitu..trus ada apa nih, saya masih gak doyan jamu loh.."Jawabku.
"Hehe...bisa aja mas.."
"Yaa saya minta maaf klo yg trakhir kmaren bikin mbak tersinggung dan marah.."Aku teringat pertemuan trakhir kami di ruangan ini, aku memaksanya melakukan hubungan intim meski dia tidak menghendaki .
"Gak papa mas wis, saya dah ngelupain kok.."
"Mau minum apa nih mbak, di kulkas banyak juice macem2 tuh, ambil aja.."Tawarku dengan ramah.
"Iya kebetulan haus nih mas.."Jawabnya sambil berlalu mengambil minuman di kulkas kecil di sudut ruangan.

Kemudian dia duduk di sofa tamu kecil di pinggir ruangan. Aku masih duduk di meja kerjaku sambil membereskan beberapa berkas invoice.
"Anak2 sehat mbak..?"
"Sehat mas..mas sndiri gimana, serius nih belum nikah juga..?" Jawabnya.
"Lha,nanya itu lagi, nikah dgn sopo mbak e.."
"Dengan yg suka disebut dulu2 itu..hehe.."Tawanya menggodaku.
"Oohh..hehe..nggak lah, sdh lama gak ketemu mbak.."Jawabku.
Kemudian kami terdiam, aku msh menyelesaikan apa yg aku lakukan. Mbak Nonik terlihat gelisah minum berkali2 dan memegang2 botol minuman dengan tangan bergantian.
" Hmm..gini mas, saya lagi perlu uang.."Ujarnya memulai kembali pembicaraan.
"Ow..trus gimana mbak, sebentar yah, dikit lagi.."Aku segera membereskan map dan keluar ruangan, menyerahkanya pada staffku diruangan lain.

Aku kembali keruanganku, mengambil minuman dan duduk dihadapanya.
"Perlu uang brapa mbak, mau saya pinjemin atau gimana.."Aku menggantung kalimatku.
"Yaa utk bayar sewa kontrakan mas, klo mau minjemin ndak papa, kalo mau yg lain juga ndak masalah.." Serunya sambil tersenyum malu.
"Hehehe..msh blum kapok sama saya mbak?.."Godaku.
"Mas jg apa msh napsu sama saya.."Jawabnya tersipu.

Aku tertawa kecil sambil terdiam menatap lantai ruangan. Jujur, aku sdh lama tidak bercinta. Aku begitu merindukan ibu Murni, tp entah sampai kapan aku harus menunggu. Seharusnya aku mulai setia untuknya, tp aku tengah dirundung kegalauan.
"Kenapa mas, kok diem.."
"Gak papa mbak, yo wis tak saya kasih uangnya..tapi yaa itulah.."Jawabku.
"Itulah opo mas ganteng.." Serunya sambil tersenyum.
"Nanti sore jam 5, tak tunggu dirumah yah.." Jawabku tanpa basa basi.
"Nggih, Yo wis..nanti tak samperi, tak serpisno "Jawabnya.
Aku merogoh dompet dan memberikan beberapa lembaran uang 100 ribu ke tanganya.
"Matur nuwun mas.."Jawabnya kemudian berlalu.

Jam 5 kurang mbak Nonik datang ke rumah. Aku baru saja selesai olahraga lari di treadmill dengan hanya mengenakan celana pendek. Wanita itu muncul dengan pakaian sedikit ngetrend. Kaus tangan panjang hitam dengan celana jeans sebatas betis dan sepatu hak rendah, rambut panjangnya tergerai sebahu.
"Waah kaya artis ae mbak.."Godaku.
"Hehe..bisa aja mas..wahh itu kenapa kok keringeten mas.."Jawabnya.
"Abis olahraga mbake, biar sehat, persiapan jg utk ketemu mbak.."Godaku.
"Walah..kaya yg kuat aja.."Jawabnya.
"Nanti kita liat.."Seruku sambil melangkah ke dapur.
"Mo makan dan minum apa nih.."
"Makasi, sdh kenyang mas, saya jg ga bisa lama2, anak2 sendirian dirumah, takut kemaleman.."Jawabnya.
"Ow okay, jd maen langsung aja nih.."
"Yaa trserah mas.."Jawabnya santai.
"Yo wiss, ayo ke kamar mbak.."

Entah kenapa tiba2 aku ingin melakukanya di kamar mandiku yg besar dan mewah. Ada bathtub besar di ujung ruangan,keringatku masih mengucur deras. Sebetulnya aku tidak begitu mood utk sex sore itu. Tapi sekedar melepas stress dan menolong wanita ini.

"Jadi baju dilepas di kamar aja nih mas.." Tanyanya.
"Iya mba e, masa dikamar mandi, nanti basah.."Jawabku sambil menepuk pantatnya yg besar.

Aku telah mendahului masuk, tubuhku telah telanjang. Aku membasahi sebentar tubuhku dengan air hangat dari shower. Tak lama mbak Nonik masuk.

Tubuhnya yg tinggi besar dan bahenol hanya mengenakan bra dan celana dalam berenda putih yg seperti terlalu kecil terhimpit perutnya yg sedikit membusung kebawah. Dia melangkah mendekat perlahan, terlihat kikuk. Cukup mengundang selera.

"Saya sbenarnya blum mood mbak, jd harus dirangsang dulu .."Ujarku.
"Yaa keliatan kok mas..hehe.."Seraya melirik kejantananku yg msh trkulai.

Aku duduk dipinggir bathtub sambil menyender di dinding.Satu kakiku menapaki pinggiran atas bath tub. Mbak Nonik mendekat, aku memeluk tubuh bongsornya sambil mendaratkan wajahku didadanya yg besar. Dia tertawa renyah.

Kemudian dia membungkukan badan, mencium leher dan dadaku. Sedotanya pada ujung nippleku membuatku merinding. Setelah puas mempermainkan tubuh atasku, mbak Nonik mulai meraba selangkangan.

Tanganya mengelus batang dan kantung semarku. Sekejap saja aku sudah bergidik.Perlahan2 penisku bergerak naik. Wanita ini tersenyum melihatnya.
"Walaah..gede yo mas.."Serunya.

Kemudian jemarinya mulai fokus mempermainkan batangku yg berdiri memanjang, dia mengocok2nya dengan lembut selama beberapa saat. Aku mulai terbakar.

"Yo Wis mbak, skarang gantian.."Seruku sambil berdiri.

Tubuhnya telah terjajar merapat kedinding, aku melepas bra dan menaruhnya di atas wastafel. Kedua payudara itu langsung ku labrak dengan bibirku. Dia meringis kegelian.

Tanganku tidak tinggal diam, bokongnya langsung ku remas2 dan satu tangan yg lain memain2kan ujung jari tengahku pada bagian vaginanya yg msh terbungkus. Sebentar saja bagian itu terasa basah, mbak Nonik mendesah.

Tanpa membuang waktu aku melepaskan celana dalamnya. Aku menyuruhnya dalam posisi menungging. Kedua tanganya bertumpu pada pinggir bathtub,tubuh besarnya membungkuk membelakangiku, sementara pantatnya yg bahenol itu telah terpampang lebar dihadapanku, bulu2 vaginanya yg lebat menyeruak diantara himpitan paha belakangnya.Nafsuku makin bangkit.

Penisku telah mengacung keras dengan urat2nya yg besar tepat di atas belahan pantat mbak Nonik. Aku melebarkan posisi kedua pahanya. Selanjutnya dengan sedikit mengangkat bongkahan pantatnya aku menyusupkan penisku di tengah2 selangkannya.

Bibir vagina itu telah basah, tidak sulit utk langsung menerobosnya masuk. Jleb...seluruhnya penisku telah amblas di telan lubang itu. Aku mendesis merasakan nikmat. Mbak Nonik menundukan kepalanya seperti menahan sesuatu sambil mendesah.

Tanpa buang2 waktu aku langsung menghantamkan keperkasaanku dibelakangnya berkali2, plok..plok..plok.. Sebentar saja kami sdh sama2 lupa diri. Makin kuat aku menghujam makin cepat mbak Nonik memutar2 pantatnya.

Nafas kami sama2 memburu. Aku mencengkram punggung belakangnya dengan kuat. Suara desahan kami saling bersautan. Penisku terasa seperti diurut2 dalam cengkraman vagina mbak Nonik.

Mungkin karena sudah cukup lama aku tidak brhubungan, atau mungkin karena suasana hati, pertahananku tidak bisa bertahan lebih lama.

Kurang dari rekorku yg selalu bertahan diatas 10 menit, jemariku dipinggangnya bergetar menahan sesuatu yg akan meledak di bawah sana. Tapi aku tidak begitu saja menyerah, wanita ini harus tersungkur diwaktu yg sama.

Aku mempercepat ritme sodokan2ku, tenaga terakhirku menghempas2 selangkanganya lebih buas. Payudara itu tak henti ku remas dari dua sisi. Dan benar saja, wanita tambun ini menyerah lebih awal. Goyangan pantatnya tiba2 saja terhenti dan bergetar hebat.

"..uugghhh..mass..maass...edhuann..auwww....uhhhh.."Lengkingnya sambil tubuhnya mengejang mencengkram pinggir bathtub. Cairan hangat itu seperi air seni yg menyirami penisku di dalam. Serr...serr..serr..

Aku pun telah mencapai akhir, sedetik setelah kepala penisku berkedut, spermaku meledak menyemprot liang vaginanya.
"mmmmpphhh..ahhhhh...ahhhhhh..ahhh.."Suaraku parau mengerang.

Kami seperti kesetanan mengejang secara bersamaan. Selanjutnya kami berdiri terkulai bersender pada dinding kamar mandi.
Kulihat sisa2 spermaku mengalir turun dari selangkangan mbak Nonik membasahi pahanya.

Selesai mandi bersama kami menghabiskan waktu duduk sambil minum teh di sofa tengah. Satu jam lebih berlalu. Mbak Nonik yg masih terlilit handuk membuatku kembali bernafsu.

Sebentar saja kami telah bersiap dalam posisi masing2. Wanita ini seperti kecanduan melakukanya lagi tanpa banyak bicara.

Mbak Nonik duduk menghadapku dipangkuan, sofa itu cukup kuat menahan beban kami. Sebentar saja pantatnya telah naik turun melahap penisku di bawah. Permainan kami berlangsung cepat. Aku mengambil alih peranan beberapa menit kemudian, aku menghajar kewanitaanya dari bawah dengan hebat. Hanya beberapa kali mengayun aku terdesak utk memuntahkan kembali spermaku.

Mbak Nonik pun tidak lebih kuat bertahan, dia terisak ketika mencapai klimaks. Lelehan cairan kami turun membasahi pinggiran sofa sesaat kemudian. Petang itu pergumulan kami sangat memuaskan.

Satu Minggu berlalu, ada rasa sesal telah melakukan hubungan intim terakhir dengan mbak Nonik ketika mendengar kabar mengembirakan sekaligus mendebarkan dari Ibu Murni.

Pagi itu beliau menelponku, suaranya ceria dan lepas. Dia mengabarkan bahwa anaknya, Shinta, telah menyetujui rencana kami utk menikah. Diapun sebenarnya terkejut karena Shinta tanpa beban mendukung niat ibunya, yg penting Ibu yakin dan bahagia, cerita wanita itu.

Dan kabar yg mendebarkan adalah bahwa dia telah terlambat menstruasi selama 2 bulan, kemungkinan ada sesuatu yg salah. Mungkin dia hamil. Aku serasa di sambar petir mendengar kabar itu. Tapi semuanya sudah kadung, toh aku memang sangat berkeinginan utk menjadikanya istri.

Satu bulan kemudian kami menikah, dalam suana sederhana dan hanya dihadiri oleh beberapa orang terdekat. Tidak ada yg mewakiliku dari pihak keluarga, aku besar sebagai yatim piatu, saudara ayah dan ibu terpisah jauh di kota2 lain.Terlebih aku adalah lelaki yg terbiasa hidup dan mengambil keputusan sendiri sepanjang hidup.

Malam pertama kami tidak melakukan layaknya seperti pengantin baru. Kami hanya memadu kasih, berciuman dan berpelukan dengan mesra hingga tertidur.

Keesokan harinya kami bertolak ke Bali. Menginap di salah satu hotel mewah di sekitar Kute. Kami menghabiskan hari berjalan mengelilingi beberapa tempat wisata.

Malam menjelang, kami seperti muda mudi yg tidak sabar menunggu moment di peraduan. Malam itu Ibu Murni mengenakan lingerie merah darah yg seksi. Tubuhnya yg besar tinggi dan indah membuatku mabuk kepayang.

Percumbuan kami berlangsung romantis dan panas, kami seperti tidak membiarkan sedetikpun berlalu tanpa sentuhan dan ciuman penuh gairah. Aku membiarkan diriku menjadi budak pemuja kecantikanya.

Dan persetubuhan kami berlangsung berkali2 sepanjang malam.Dunia serasa hanya milik kami berdua. Setiap saat keperkasaanku menyentuh kewanitaanya Ibu Murni membalasnya dengan rintihan dan pelukan penuh kasih. Berkali2 beliau membisikan kalimat cinta di telingaku setiap kali aku menghantarnya pada puncak kenikmatan.

Satu tahun berlalu, Ibu Murni telah memberiku bayi perempuan mungil yg cantik. Wanita ini begitu sabar menghadapiku, bukan hanya soal karakterku tapi juga perihal kebinalan darah mudaku di dalam kamar.

Kisah mbak Nonik telah pula usai, wanita itu kembali menghilang semenjak sebulan setelah kami menikah. Mungkin dia tidak ingin menggangguku lagi, ada terbesit rasa kehilangan dalam hati. Bagaimanapun wanita itu pernah begitu hangat menemani..

Bersama istri dan bayi lucu ini petualangan hidupku akan berakhir hingga ajal memanggil. Jepara I am in love

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar